Basmalah menurut Mazhab Hanafi (Imam
Abu Hanifah)
Mazhab Hanafi berpendapat bahwa
Basmalah bukan merupakan bagian dari Al Fatihah. Adapun membaca Basmalah pada
Al Fatihah ketika shalat hukumnya sunnah dan dibaca secara sirr (samar).
ليست البسملة آية من الفاتحة ولا من
غيرها من السور إلا من سورة النمل في أثنائها ، لحديث أنس رضي الله تعالى عنه قال:
«صليت مع رسول الله صلّى الله عليه وسلم وأبي بكر وعمر وعثمان رضي ا لله عنهم، فلم
أسمع أحداً منهم يقرأ بسم ا لله الرحمن الرحيم». لكن يقرأ المنفرد بسم الله
الرحمن الرحيم مع الفاتحة في كل ركعة سراً، كما أنه يسر بالتأمين، فالتسمية
والتأمين يسر بهما القارئ. أما الإمام فلا يقرأ البسملة ولا يسر بها لئلا يقع السر
بين جهرين، قال ابن مسعود: «أربع يخفيهن الإمام: التعوذ، والتسمية، والتأمين،
والتحميد»
"Basmalah bukanlah ayat dari Al
Fatihah dan bukan pula ayat dari surat-surat yang lain kecuali di tengah-tengah
surat An-Naml. Berdasarkan hadits dari Sayyidina Anas -radhiyAllahu ‘anhu-:
“Saya shalat bersama Rasulullah -shallAllahu ‘alayh wa aalih wa sallam-, Abu
Bakar, Umar, dan Utsman -radhiyAllahu ‘anhum-, maka aku tidak mendengar satu
pun dari mereka membaca Bismillahirrahmanirrahim” (HR Muslim dan Ahmad). Akan
tetapi orang yang shalat munfarid (sendiri) membaca Bismillahirrahmanirrahim
pada Al Fatihah di setiap rakaat secara samar, sebagaimana menyamarkan pula
pada Ta’min (membaca ‘aaamiiin’), maka pembaca membaca Basmalah dan Ta’min
secara samar. Adapun Imam maka tidak membaca Basmalah dan tidak menyamarkan
bacaannya supaya tidak menyamarkan di antara dua jahr. Ibnu Mas’ud berkata:
“Empat hal yang Imam meringankan bacaannya: ta’awudz, tasmiyah (Basmalah),
ta’min, dan tahmid (bacaan: Robbana lakal hamdu)” (Fiqh Islami wa
Adillatuhu II/22).
فكان أبو حنيفة وأصحابه يقولون
بقراءتها فى الصلاة سرا، لا يرون الجهر بها لامام ولا لمنفرد، بعد الاستفادة وقبل
فاتحة الكتاب تبركا بها فى الركعة الأولى كالتعوذ، باتفاق الروايات عن أبى حنيفة،
وذلك مسنون فى المشهور عند أهل المذهب.
"Adapun Imam Abu Hanifah dan
para ulama’ mazhabnya berkata tentang membaca Basmalah di dalam shalat secara
samar. Mereka tidak meriwayatkan membaca Basmalah secara keras bagi Imam maupun
bagi orang yang shalat sendirian. (Basmalah dibaca) setelah istifadah dan
sebelum Al Fatihah untuk mencari berkah dengannya di dalam rakaat pertama
seperti halnya ta’awudz menurut kesepakatan riwayat-riwayat dari Imam Abu
Hanifah. Membaca Basmalah disunnahkan menurut pendapat yang masyhur di kalangan
ulama’ mazhab Hanafi. (Al-Mausu’ah Al-Fiqh Al-Islami I/17).
Basmalah menurut Mazhab Maliki (Imam
Malik bin Anas)
Menurut Mazhab Maliki, Basmalah
bukan ayat dari Al Fatihah dan tidak disunnahkan membacanya di dalam shalat
baik keras maupun samar. Adapun membacanya maka hukumnya makruh.
وليست البسملة عند المالكية آية من
الفاتحة، فلا يقرؤها في الصلاة المكتوبة، جهراً كانت أو سراً، لا في الفاتحة، ولا
في غيرها من السور.
"Dan menurut Mazhab Maliki,
Basmalah bukan ayat dari Al Fatihah. Maka tidak dibaca pada shalat maktubah
(shalat lima waktu) baik keras maupun samar, tidak pula dibaca pada Al Fatihah
dan pada surat-surat lain". (Fiqh Islami wa Adillatuhu II/30).
المالكية قالوا : يكره الإتيان
بالتسمية في الصلاة المفروضة سواء كانت سرية أو جهرية الا إذا نوى المصلي الخروج
من الخلاف فيكون الإتيان بها أول الفاتحة سرا مندوبا والجهر بها مكروه في هذه
الحالة أما في صلاة النافلة فإنه يجوز للمصلي أن يأتي بالتسمية عند قراءة الفاتحة
"Ulama’ Mazhab Maliki berkata:
Makruh hukumnya membaca Basmalah di dalam shalat fardhu baik dibaca secara
keras maupun samar, kecuali jika si mushalli (orang yang shalat) berniat untuk
keluar dari khilaf (perbedaan pendapat) ulama’, maka dia membaca Basmalah di
awal surat Al Fatihah secara samar yang hukumnya sunnah, atau dibaca keras yang
hukumnya makruh pada tingkah ini. Adapun pada shalat sunnah maka boleh bagi
mushalli untuk membaca Basmalah ketika membaca Al Fatihah". (Fiqh ‘ala
Madzahib Arba’ah I/301).
Basmalah menurut Mazhab Syafi’i
(Imam Muhammad bin Idris As-Syafi’i)
Menurut Mazhab Syafi’i, Basmalah
merupakan bagian dari ayat surat Al Fatihah sehingga wajib dibaca ketika
shalat. Dan dibaca dengan keras ketika menjadi Imam shalat berjama’ah.
والبسملة عند الشافعية آية من
الفاتحة، لما رواه البخاري في تاريخه أنه صلّى الله عليه وسلم عدّ الفاتحة سبع
آيات، وعدّ: بسم ا لله الرحمن الرحيم آية منها. وروى الدارقطني عن أبي هريرة أنه
صلّى الله عليه وسلم قال: «إذا قرأتم الحمد لله ، فاقرؤوا بسم ا لله الرحمن
الرحيم، إنها أم القرآن، وأم الكتاب، والسبع المثاني، وبسم ا لله الرحمن الرحيم
إحدى آياتها» (1) ، ولأن الصحابة رضي ا لله عنهم أثبتوها فيما جمعوا من القرآن،
فيدل على أنها آية منها.
"Adapun
menurut Mazhab Syafi’i, Basmalah merupakan ayat dari Al Fatihah. Sebagaimana
diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab Tarikh-nya bahwa sesungguhnya
Rasulullah -shallAllahu ‘alaih wa aalih wa sallam- menghitung Al Fatihah
sebanyak tujuh ayat dan menghitung ‘Bismillahirrahmanirrahim’ sebagai salah
satu ayat daripadanya. Dan diriwayatkan oleh Imam Ad-Daruquthni dari Abi
Hurairah bahwa sesungguhnya Rasulullah -shallAllahu ‘alaih wa aalih wa sallam-
bersabda: “Jika kalian membaca ‘Alhamdulillah’, maka bacalah
‘Bismillahirrahmanirrahim’. Sesungghnya itu adalah Ummul Quran, Ummul Kitab,
dan Sab’ul Matsani (tujuh ayat yang diulang-ulang). Dan
‘Bismillahirrahmanirrahim’ salah satu ayat daripadanya”. (1) Dan karena sesungguhnya
para sahabat -radhiyAllahu ‘anhum- menetapkan ‘Bismillahirrahmanirrahim’ ke
dalam pengumpulan Al Quran, maka hal itu menunjukkan bahwa sesungguhnya
‘Bismillahirrahmanirrahim’ adalah ayat daripadanya.”
(1) وهناك أحاديث أخرى في موضوع البسملة،
منها ما رواه البخاري ومسلم وابن خزيمة بإسناد صحيح عن أم سلمة. وهذا الحديث رواه
الدارقطني وصوب وقفه (سبل السلام:173/1)
(1) Dan terdapat hadits lain yang
membahas Basmalah. Di antaranya hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori,
Imam Muslim, dan Imam Ibnu Khuzaimah dengan sanad yang shahih dari Ummi
Salamah. Adapun hadits ini diriwayatkan oleh Imam Ad-Daruquthni (Subulus Salam
1/173). (Fiqh Islami wa Adillatuhu II/26).
أخبرنا أبو طاهر نا أبو بكر نا محمد
بن إسحاق الصنعاني أخبرنا خالد بن خداش نا عمرو بن هارون عن ابن جريج عن بن أبي
مليكة عن أم سلمة : أن النبي صلى الله عليه و سلم قرأ في الصلاة بسم الله الرحمن
الرحيم فعدها آية والحمد لله رب العالمين آيتين وإياك نستعين وجمع خمس أصابعه
"Menceritakan kepadaku Abu
Thahir, menceritakan kepadaku Abu Bakar, menceritakan kepadaku Muhammad bin
Ishaq As-Shan’ani, menceritakan kepadaku Khalid bin Khadasy, menceritakan
kepadaku ‘Amr bin Harun, dari Ibnu Juraij, dari Ibnu Abi Mulikah, dari Ummi
Salamah: “Sesungguhnya Nabi -shallAllahu ‘alaih wa aalih wa sallam- membaca
‘Bismillahirrahmanirrahim’ di dalam shalatnya, maka beliau menghitungnya
sebagai satu ayat, dan ‘Alhamdulillahirabbil’alamin’ dua ayat, dan
‘Iyyakanasta’in’ beliau mengumpulkan lima jarinya.” (Shahih Ibnu Khuzaimah,
hadits nomor 493, I/248).
أخبرنا أبو طاهر نا أبو بكر نا محمد
بن عبد الله بن عبد الحكم أخبرنا أبي و شعيب – يعني ابن الليث – قالا أخبرنا الليث
نا خالد ح وحدثنا محمد بن يحيى نا سعيد بن أبي مريم أخبرنا الليث حدثني خالد بن
يزيد عن بن أبي هلال عن نعيم المجمر قال : صليت وراء أبي هريرة فقرأ بسم الله
الرحمن الرحيم ثم قرأ بأم القرآن حتى بلغ ولا الضالين فقال : آمين وقال الناس :
آمين ويقول كلما سجد : الله أكبر وإذا قام من الجلوس قال : الله أكبر ويقول إذا
سلم : والذي نفسي بيده إني لأشبهكم صلاة برسول الله صلى الله عليه و سلم جميعها
لفظا واحدا
"Menceritakan kepadaku Abu
Thahir, menceritakan kepadaku Abu Bakar, menceritakan kepadaku Muhammad bin
Abdulloh bin Abdul Hakam, menceritakan kepadaku ayahku dan Syu’aib -yaitu Ibnu
Laits- mereka berdua berkata: menceritakan kepadaku Al-Laits, menceritakan
kepadaku Khalid, menceritakan kepadaku Muhammad bin Yahya, menceritakan
kepadaku Sa’id bin Abi Maryam, menceritakan kepadaku Al-Laits, menceritakan
kepadaku Khalid bin Yazid, dari Abi Hilal, dari Nu’aim Al-Majmar berkata: “Aku
shalat di belakang Abu Hurairah maka beliau membaca ‘Bismillahirrahmanirrahim’
kemudian membaca Ummul Kitab sampai ‘wa laddhoolliin’, kemudian beliau berkata
‘aamiin’, dan jama’ah berkata ‘aamiin’. Beliau berkata ketika hendak sujud
‘Allahu Akbar’, dan ketika bangun dari duduk ‘Allahu Akbar’. Dan beliau berkata
ketika usai salam: ‘Demi Dzat yang jiwaku ada di genggaman-Nya! Sesungguhnya
aku telah mencontohkan kepada kalian shalat bersama Rasulullah -shallAllahu
‘alaih wa aalih wa sallam- secara keseluruhan’ dengan satu lafadz.” (Shahih
Ibnu Khuzaimah, hadits nomor 499, I/251).
Basmalah menurut Mazhab Hambali
(Imam Ahmad bin Hambal)
Menurut Mazhab Hambali, Basmalah
merupakan ayat dari Al Fatihah. Adapun cara membacanya adalah dengan samar.
وقال الحنابلة: البسملة آية من
الفاتحة يجب قراءتها في الصلاة، لكن يقرأ بها سراً، ولا يجهر بها.
Berkata ulama Mazhab Hambali:
Basmalah merupakan ayat dari Al Fatihah dan wajib membacanya di dalam shalat,
tapi dibaca secara samar, dan tidak dikeraskan atas bacaannya. (Fiqh Islami wa
Adillatuhu II/30).
Jika kita melihat dari pendapat para
Imam Mazhab di atas, kita dapat mengamati bahwa bagaimanapun juga, membaca
Basmalah tidak membatalkan shalat. Paling banter hukumnya adalah makruh,
sebagaimana pendapat Mazhab Maliki, namun tidak sampai membatalkan shalat.
Namun di sisi lain, ada mazhab yang mewajibkan membaca Basmalah, yaitu Mazhab
Syafi’i dan Hambali, yang shalat tidak akan sah jika tidak membacanya.
Hal ini juga berlaku dalam shalat
jama’ah. Jika Imam tidak membaca Basmalah, sedangkan di antara makmum-nya ada
yang bermazhab Syafi’i atau Hambali, maka hal ini bisa membatalkan shalat si
Makmum. Dengan terpaksa dan tanpa ada pilihan lain, si Makmum mau tidak mau
harus mufaroqoh (berpisah dari jama’ah) agar shalatnya bisa sah, tentunya
dengan terpaksa pula kehilangan pahala shalat berjama’ah. Jika shalatnya adalah
shalat maktubah, mungkin tidak terlalu menjadi masalah karena si makmum bisa
mufaroqoh untuk mengerjakan shalat sendiri. Tentunya akan sangat merepotkan
jika Imam tidak membaca Basmalah ketika shalat Jumat, karena si Makmum akan
kehilangan shalat Jum’at, dan terpaksa shalat Dzuhur sendirian.
Dengan menimbang kemaslahatan
bersama (win-win solution), saya berpendapat dan mengusulkan bahwa si Imam
seharusnya membaca Basmalah, walaupun itu secara samar, agar semua jama’ah bisa
sah shalatnya dan sama-sama mendapat pahala shalat berjama’ah.
Semoga tulisan ini bermanfaat dan
dapat menjadi perhatian para Imam agar bijak dalam menjadi Imam.